Kelelawar. Hewan yang beraktivitas di malam
hari dan istirahat di pagi hari. Aku bukanlah seorang yang mempunyai semua
sifat kebinatangan tapi satu hal yang membuat sedikit mirip dengan kelelawar.
Tidur pagi, produktif di malam hari. Sirkulasi hidup yang sebenarnya tidak baik
menurut kamus kedokteran.
Tapi itu kebiasaan yang semoga ada saatnya
polanya ini berubah. Amin.
Di balik semua hal negative dari kebiasaan
itu, ada banyak hal yang dapat ku ketahui dari kehidupan dan aktivitas
kebanyakan orang di malam hari.
Aku banyak mengetahui tentang segelintir
orang yang banyak menghabiskan hidupnya untuk bersenang-senang, menghabiskan
waktunya berkumpul dengan teman-teman, menghabiskan waktunya untuk berselancar
di dunia maya, menghabiskan waktunya mengerjakan tugas sampai larut malam dsb
Di samping itu semua yang paling mengiris
hati adalah anak jalanan yang melewatkan
malamnya demi menjajakan koran kepada para pengendara di persimpangan lampu
jalan. Belum lagi anak-anak yang seharusnya menghabiskan malamnya untuk
beristirahat (Jangan contoh saya yang seperti kelelawar. Heheh) yang melewatkan
malam dengan mengemis di tempat kebanyakan orang berkumpul.
Dilema tentunya berpaut menjadi satu. Di beri
membuat kebiasaan ini menjamur, tidak diberi rasa kasihanpun membisik hati.
Terkadang saya berbincang dengan mereka,
sampai akhirnya setelah sekian banyak yang pernah saya temani berbicara.
Akhirnya ku ambil sedikit kesimpulan walaupun tidak melalui riset ilmiah. Bahwa
aktivitas anak Jalanan seperti ini, adalah aktivitas yang terorganisir secara
sistemanis oleh orang-orang yang sangat tidak mempunyai hati nurani. Terlebih
dengan beberapa yang orang tuanya sendiri yang mengeksploitasi anak-anak
mereka. Walaupun ada beberapa dari mereka juga yang tetap menikmati bangku
sekolah. Tapi aktivitas seperti ini untuk anak-anak tersebut sangat tidak
manusiawi dan tentunya inkonstitusional.
Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini ?
orang tuanya, pemerintah, anak itu sendiri atau kita semua ?
Sebagai manusia, tentunya kita harus
menanamkan sikap empati kepada sesame tapi sebagai Negara Konstitusional
tentunya tanggung Jawab besar di emban oleh Negara dalam hal ini pemerintah
untuk memberikan solusi untuk menuntaskan ataupun meminimalisir hal tersebut.
Sebagai warga Negara, apakah kita harus
tinggal diam ? tentu tidak, kegiatan-kegiatan sosial harus menjadi kebiasaan
kita semua apalagi untuk kaum terdidik yang masih mendapat kesempatan menikmati
pendidikan di tengah system yang tidak mendidik kita menjadi makhluk sosial
yang sesuai hakikatnya.
Teringat
lagu Bang Iwan Fals “Sore tugu pancoran” Si budi kecil kuyup menggigil
Anak
sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi
satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak
sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa
pecahkan karang, lemas jarimu terkepal
Aku ingin memberikan sesuatu kepada mereka
tapi apa ?
Hari ini aku masih belum memiliki apa-apa,
selain tekad dan usaha untuk ada perubahan pada negeri tercinta, pada anak-anak
pribumi, pada mereka yang tidak dapat menikmati keindahan dan kenyamanan hidup.
Saat ini hanya kegiatan-kegiatan kecil yang bisa
kulakukan untuk memimpikan perubahan itu karena hari ini sayapun bagaikan
sebongkah benang yang memimpikan menjadi kain sutera untuk dapat menjadi permadani
hidup yang layak bagi sekelilingku, bangsa dan negara. Aku hari ini hanyalah
kekuatan-kekuatan kecil yang bermimpi melakukan perubahan besar suatu saat
nanti.
Jikalau perubahan besar dapat di rasakan jika
kekuatan-kekuatan kecil menyatu, maka aku akan ikut dalam gerbong itu. Jikalau perubahan
besar itu dapat di rasakan jika kita menjadi kekuatan besar maka akupun akan
ikut dalam gerbong itu.
Di ibaratkan dengan pesawat, saya tak peduli
menjadi pilot, co pilot, pramugara, penumpang atau apapun itu yang penting kenyamanan
dapat di rasakan semua yang berada di dalamnya. Karena yang ku inginkan
hanyalah perubahan besar yang baik untuk negeri ini dengan segala isi dan
penghuninya.