Malam itu seperti biasanya, saya dan teman-temanku menikmati malam yang sunyi dengan penuh cerita canda dan tawa. Yaah beginilah nasib pemuda-pemuda di tanah rantau dengan penuh mimpi yang kuat di dalam dada.
Malam itu juga saya akan
meninggalkan kota ini sebut saja Kota Massara untuk melaksanakan sebuah kegiatan d luar daerah, yah
walaupun banyak orang yg mengatakan sangat rawan mengendarai kendaran bermotor
ke daerah tersebut di malam hari tapi saya dan teman-temanku tetap akan berangkat
malam ini juga. Udara dingin yg menusuk sampai ke tulang, angin yg cukup
kencang, dan langit mendung yang masih setia menunggu tak menghalangi niat kami
untuk berangkat malam itu.
Ternyata dia sahabatku. Sebut
saja namanya jamil.
"Kau dimana sekarang
saudara?" Tanya jamil melalui telpon dengan nada suara yang sedikit
tergesa-gesa. "Saya di rumah, kenapa ?" Jawabku dengan suara yang sedikit
penasaran kenapa gerangan dengan saudaraku yg satu ini.
"Saya mau minta
tolong" lanjut jamil dengan nada yang sedikit lebih tegas. Langsung kujawab
"apa itu saudara ? Selama saya masih sanggup, pasti akan kubantu".
Ulfa (pacar jamil) butuh
bantuan. Butuh orang untuk temani dia dan teman-temannya berjaga-jaga di rumahnya, dan
saya tidak bisa karena berada d luar kota". Lanjut jamil dengan nada suara yang
sangat cemas. "Kenapa dengan ulfa?" Tanyaku dengan rasa penasaran dan
kecemasan, dalam hati berfikir apa yg trjadi d rumah ulfa, pacar dari sahabatku.
"Dia diteror oleh orang tak dikenal melalui telpon, itu membuat dia dan teman-temannya merasa
cemas dan ketakutan. Jadi butuh lelaki untuk menemani dia disana". jelas jamil
menegaskan.
Dengan perasaan kaget dan
cemas saya berbicara melalui telepon, "saya sekarang sudah mau berangkat
ke daerah saudara, teman-teman yang lain sudah siap. Seandainya saya belum janji, saya
pasti langsung kesana. Apalagi ini adalah pacar sahabatku". Sblm jamil bicara
langsung saya bicara lagi, bagaimana kalau saya panggil teman-teman yang lain yang masih disini
untuk menemani ulfa berjaga di rumahnya". Tanyaku menegaskan dan juga
diselimuti perasaan cemas.
"Tidak usah saudara,
nanti ku hubungi teman yang lain karena harus lelaki yang saya percaya kesana untuk temani
berjaga. Kau hati-hati di jalan, apalagi ini sudah larut malam." Jelas jamil
dengan nada yang sedikit pelan sembari mengucapkan salam dan menutup teleponnya.
Akhirnya aku berangkat menuju
daerah, sebut saja nama daerah Bungka. Sebuah daerah yg sangat, dianugerahi
oleh tuhan dg keindahan alam yg indah. Pesisir pantai dg bulir-bulir pasir
berwarna putih menjadi ciri khas dr daerah trsebut, sebuah mahakarya kapal laut
yg sudah melegenda sampai d luar negeri adalah buah tangan dr orang di daerah
bangka tersebut.
Di perjalanan ke daerah bangka,
rasa gundah dan rasa tak enak kepada jamil brkecamuk dalam dada. Permintaan sahabatku
malam ini tak bisa kupenuhi. Ku hubungi ulfa, untuk menanyakan kabarnya dan apa
gerangan yg trjadi.
"halo, bagaimana kabarmu ulfa
? Apa yang terjadi disitu ? Saya ditelpon jamil untuk ke rumahmu, tapi saya tak
bisa karena diperjalanan keluar daerah."Tanyaku dengan suara yang cukup cemas.
"Begini kak, ada orang
yang melakukan teror melalui sms ke nomornya anti". Jawab ulfa dengan nada yang sedikit ketakutan.
Mendengar nama itu, ada sedikit perasaan yang aneh berkecamuk. Nama itu tidak asing dipendengaran saya, ada
sesuatu yang membuat nama itu membuat hati terasa gundah. Yah dialah sosok
perempuan yang sudah hampir 2 tahun ini saya kagumi. Tadinya saya berfikir,
ulfa yang diteror ternyata anti. Tapi dia sedang bersama ketika teror itu datang.
Perasaan tak enak kepada jamil karena tak bisa membantunya menjaga ulfa kini
bercampur aduk dengan rasa gelisah karena ternyata perempuan yang sdah lama saya kagumi
adalah yang menjadi korban teror.
"Seandainya saya tdak
keluar daerah, saya bisa membantu jamil menjaga ulfa dan juga mnjaga anti. moment
itu bisa mmbantu saya lebih dekat dengan perempuan yang sudah lama saya kagumi, walaupun saya tidak
pernah berharap mereka mendapat teror sprti itu". Gumamku dalam hati
"Jadi bagaimana keadaan
kalian sekarang disitu, apakah sudah ada yang menemani. Kirimkan saya nomor yang melakukan
teror tersebut dan isi smsnya". Tanyaku kepada ulfa
"Sudah ada kak yg
menemani. Smsnya sudah di hapus oleh anti karena perasaan takut setelah
membacanya". sambung anti dengan nada suara yang masih terdengar ketakutan.
Karena raga tak mampu berada
disana untuk membantunya, kusampaikan pada ulfa untuk menenangkan diri mereka
di rumah saja. "Ambil air wudhu untuk menenangkan perasaan, menonton film
lucu untuk mengalihkan rasa takut. Karena saya hanya dapat mengirimkan doa, tak bisa
berada disana. Seandainya nomornya belum dihapus, msih ada peluang untuk melacak
nomor tersebut." Saranku kepada ulfa dg nada yang cukup pelan
"Iya kak, terima
kasih". Jawab ulfa dg dengan suara yg cukup tenang. "Insha allah tuhan
selalu bersama dan menjaga kalian, salam
untuk semua yang ada disitu". Ucapku sebelum kututup teleponnya.
Setelah saya menelpon ulfa sambil mengendarai motor di tengah dinginnya angin malam yang rasanya sampai ke tulang apalagi hanya dengan jaket yang tipis cukup membuat badan merasakan angin yang berhembus menemani dinginnya malam. Di tengah perjalanan pun masih terpikir dalam benakku, bagaimana keadaan mereka sekarang, bagaimana keadaan ulfa,
bagaimana keadaan anti perempuan sudah lama saya kagumi secara diam-diam.
Tapi tiba-tiba saya tersadar,
bahwa perempuan yang saya kagumi ini adalah perempuan yang sudah memiliki
pasangan. Alangkah beratnya hati untuk mengelola perasaan tersebut,
diperhadapkan dg suatu kenyataan antara perasaan kagum yang tersimpan sejak
lama dan melihat dia bersama yang lain. Haruskah perasaan itu dikubur karena
tak sewajarnya menaruh hati kepada dia yang sudah bertuan, tapi bukankah semua
rasa adalah karunia tuhan yang dititipkan kepada setiap manusia. Ataukah logika
harus menjadi benteng terhadap perasaan seperti itu untuk menjelaskan kalau rasa
ini terlarang.
Tuhan betul-betul misterius,
membagi rasa tanpa memberi batasan. Tapi bukankah tuhan tak pernah menguji
umatnya diluar batas kemampuannya. Yah berarti tuhan sudah tahu bahwa rasa itu
bisa saya terima dan pertanggungjawabkan.
Entah apa yang akan terjadi
esok, karena hari esok selalu jadi misteri dan rahasia ilahi. Diluar jangkauan raga, kita hanya bisa berharap yang terbaik dan kebaikan selalu menyertai orang-orang yang kita kasihi.