Jumat, 20 Februari 2015

Teringat masa SD dan SMP di kampung

,
Sore itu, aku dengan sahabatku (wamil) berangkat (baca:pulang kampung) dengan menggunakan mobil Pick Up yang kami sewa selama 1 hari dengan menempuh perjalanan kurang lebih 160 Km dari Kota Makassar ke sebuah daerah yang terkenal dengan keindahan pantainya dan Perahu Phinisinya yaitu Kabupaten Bulukumba. Ikut bersama kami Fahri yang singgah di Kabupaten Bantaeng di rumahnya, jadi kami bertiga di depan (baca:dalam mobil pick up). Maksud kepulangan kami adalah untuk mengambil beberapa barang keperluan di Kantor Oryza Sativa English Course (OSEC), sebuah lembaga kursus bahasa asing yang didirikan oleh Mr Wamil. Kali ini saya tidak akan bercerita tentang bagaimana itu OSEC, akan tetapi tentang sedikit pengalaman yang saya jumpai diperjalanan Makassar ke  Bulukumba dan sebaliknya

Sebelumnya, saya berangkat ke Bulukumba Kamis sore. Sampai di rumah Wamil di Kampung yang bernama Desa Karassing Kec Herlang Kab bulukumba sekitar 40 Km dr Kota Bulukumba. Dari kata kampung, mungkin sedikit tergambarkan suasananya. Ba'da Magrib orang di daerah tersebut sudah berada di dalam rumah seakan semua telah terlelap dalam tidurnya. Lampu jalan pun tak ada seperti yang ada di kota, Hanya Suara jangkrik dan hewan-hewan lainnya yang beradu dengan suara angin yang bersinggungan dengan pepohonan. Kami sampai di rumah tersebut sekitar pukul 23.00. Sedikit rasa lelah, untuk diakhiri dengan istirahat.
Di pagi hari, kami bersiap untuk mengagkat barang yang menjadi tujuan kami datang. Meja, papan tulus, dan lainnya kami atur rapi di mobil pick up. Karena Di kampung tersebut sedang musim panen jagung, kami akhirnya membawa 2 karung jagung ke makassar. Setelah barang selesai di kemas dan diatur di mobil, kami pun berangkat kembali ke makassar.
Diperjalanan kembali ke makassar, disinilah inti dari yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini. Ada satu pemandangan dalam perjalanan kembali ke makassar yang mengingatkan saya ketika menimbal ilmu di bangku SD dan SMP dulu di salah satu kampung di bulukumba. Siang itu, saya disuguhi dengan pemandangan gerombolan anak Sekolah (SD dan SMP) yang sedang pulang sekolah. Mungkin kata gerombolan tidak membuat ada sesuatu yang istimewa oleh kebanyakan orang tapi itu jelas mengingatkan akan memori perjuangan menimbah ilmu di bangku sekolah dahulu. Yah gerombolan anak sekolah yang pulang sekolah, walaupun harus berjalan kaki cukup jauh walaupun jadwal pulang sekolah adalah waktu dimana matahari sedang teriknya tapi tetap bahagia dengan canda tawanya selama perjalanan sembari berbagi cerita dengan teman-temannya. Ada yang berjalan kaki 500 meter, 600 meter, 1 km bahkan lebih. Sejenak tak sadar saya tersenyum sendiri melihat anak-anak sekolah tersebut dan bergumam dalam hati bahwa ada banyak kebahagian dan cita-cita besar dari anak-anak yang lahir dan besar di kampung.
Secara perlahan memori ketika SD dan SMP teringat kembali. Ketika SD harus berjalan kaki kurang lebih 500 meter dan SMP berjarak kurang lebih 1 km, walaupun orang tua mempunyai kendaraan tapi tetap lebih suka berjalan kaki menikmati udara yang nyaman di kampung meskipun selama SD dan SMP pernah juga di bonceng ke sekolah dan pulang sekolah. hehe
Kisah-kisah perjuangan itulah yang selalu menghiasi perjalanan hidupku sampai sekarang, bahwa saya adalah orang dari kampung, lahir dan besar di kampung. walaupun sekarang sedang belajar di sebuah tempat yang katanya adalah sebuah kota. Proses yang saya dapat dikampung selalu mengajarkan dan mengingatkan, bahwa sejauh-jauhnya kita belajar, berkarya, merantau atau mengadu nasib ada saat dimana kita harus kembali untuk berkarya di kampung sendiri.

Sebagai penutup, hanya ada 2 kata untuk kita semua generasi bangsa dan sebagai umat manusia "belajarlah dan berkaryalah". dan jangan menyerah karena kebahagiaan itu ada dalam setiap nafas (proses) perjuangan.

0 komentar to “Teringat masa SD dan SMP di kampung”

Posting Komentar