Selasa, 17 Februari 2015

MEMBAYANGKAN UNHAS DI MASA DEPAN

,
Awalnya Aco tak ingin bergabung di organisasi manapun. Apalagi mengikuti prosesi pengkaderan. "Untuk apa?" pikirnya. IPKterjun bebas, waktu bersama sang kekasih sirna, dan Mal yang akan terasa sepi tanpa kehadirannya. Semua itu konsekuensi bila Aco terjerumus ke dalam rutinitas organisasi.
Namun, seiring bujukan beberapa kawan sejurusan dan kepungan senior, memaksa Aco untuk mengikuti pengkaderan. Proses demi proses ia cicipi. Pikirannya mulai berubah. Aco dapat mempelajari banyak hal disana, yang tak ia peroleh di bangku kuliah: Memupuk solidaritas, tambahan pengetahuan yang tak ia dapatkan dari dosen, juga soal kepemimpinan. "Apa yang
dikatakan birokrasi kampus soal lembaga kemahasiswaan ternyata palsu" ucapnya dalam hati.
Tahun demi tahun berlalu. Aco menjabat sebagai pengurus lembaga. Ia tak pernah absen menghadiri diskusi terkait permasalahan di kampus Unhas. Berbagai kejahatan terstruktur, sistematis dan massif pun ia temukan. Mulai dari perselingkuhan birokrasi kampus dengan korporasi untuk menyingkirkan akses orang miskin agar tak dapat kuliah dan berjualan di Unhas, mempercepat proses kuliah maksimal 5 tahun dengan menerima aturan Kemendikbud nomor 49, korupsi dana bidik misi, UKT yang tidak tepat sasaran dan berjalan pincang, sampai kekangan kebebasan berekspresi mahasiswa.
Tak ada lagi diskusi memproduksi pengetahuan di malam hari. Pedagang workshop kehilangan pembelinya. Kegiatan yang memupuk solidaritas musnah. Rambut dilarang gondrong, dan pelarangan-pelarangan lain yang membuat mahasiswa tak memiliki ruang gerak bebas. Kejahatan birokrasi kampus lancar seperti jalan tol. Mahasiswa berubah rupa menjadi model atau wirausahawan muda. Melanggar aturan atau melawan? Bersiaplah di skorsing atau DO. Begitu khayalan Aco terkait masa depan kampus ini. “Ini tak boleh dibiarkan”, koarnya dalam hati.
Sebab diam bukan lagi emas, bersama kawan-kawannya, beberapa bulan lalu, Aco mulai membangun basis-basis gerakan perlawanan. Aksi demonstrasi tolak kenaikan BBM, aksi menolak Unhas menuju PTNBH, maupun menabrak aturan yang menjerat lembaga kemahasiswaan di Unhas, semua Aco lakukan bersama kawannya. Banyak diantara mereka yang ketika berada di mimbar aksi meneriakkan “Hidup Rakyat, hidup mahasiswa”, saat turun panggung lupa dengan apa yang dikatakannya. Inkosisten. Walhasil, tak satu pun yang berhasil dimenangkan mahasiswa. Gerakan vakum. Apatisme semakin merajalela
Kian hari kasus demi kasus kian banyak. Dibawah nahkoda baru, birokrasi kampus semakin memanjangkan taringnya. Skorsing dimana-mana. Aco yakin, kemenangan pasti bisa diraih. Saatnya mengangkat TOA kembali. Atau jika tidak, bayangan Aco tentang masa depan kampus segera terwujud. Kau kah itu? mahasiswa konsisten yang ingin terus melawan kesewenang-wenangan birokrasi kampus sampai akhir? Bukan sekedar keren-kerenan atau tergerus dengan hal-hal sensasional. DICARI!!!


Ditulis salah satu mahasiswa Unhas untuk disebarkan kepada mahasiswa dan penggiat lembaga kemahasiswaan.

0 komentar to “MEMBAYANGKAN UNHAS DI MASA DEPAN”

Posting Komentar