Namun,
seiring bujukan beberapa kawan sejurusan dan kepungan senior, memaksa Aco untuk
mengikuti pengkaderan. Proses demi proses ia cicipi. Pikirannya mulai berubah. Aco
dapat mempelajari banyak hal disana, yang tak ia peroleh di bangku kuliah:
Memupuk solidaritas, tambahan pengetahuan yang tak ia dapatkan dari dosen, juga
soal kepemimpinan. "Apa yang
dikatakan birokrasi kampus soal lembaga
kemahasiswaan ternyata palsu" ucapnya dalam hati.
Tahun
demi tahun berlalu. Aco menjabat sebagai pengurus lembaga. Ia tak pernah absen
menghadiri diskusi terkait permasalahan di kampus Unhas. Berbagai kejahatan
terstruktur, sistematis dan massif pun ia temukan. Mulai dari perselingkuhan
birokrasi kampus dengan korporasi untuk menyingkirkan akses orang miskin agar
tak dapat kuliah dan berjualan di Unhas, mempercepat proses kuliah maksimal 5
tahun dengan menerima aturan Kemendikbud nomor 49, korupsi dana bidik misi, UKT
yang tidak tepat sasaran dan berjalan pincang, sampai kekangan kebebasan
berekspresi mahasiswa.
Tak
ada lagi diskusi memproduksi pengetahuan di malam hari. Pedagang workshop
kehilangan pembelinya. Kegiatan yang memupuk solidaritas musnah. Rambut
dilarang gondrong, dan pelarangan-pelarangan lain yang membuat mahasiswa tak
memiliki ruang gerak bebas. Kejahatan birokrasi kampus lancar seperti jalan
tol. Mahasiswa berubah rupa menjadi model atau wirausahawan muda. Melanggar
aturan atau melawan? Bersiaplah di skorsing atau DO. Begitu khayalan Aco
terkait masa depan kampus ini. “Ini tak boleh dibiarkan”, koarnya dalam hati.
Sebab
diam bukan lagi emas, bersama kawan-kawannya, beberapa bulan lalu, Aco mulai
membangun basis-basis gerakan perlawanan. Aksi demonstrasi tolak kenaikan BBM,
aksi menolak Unhas menuju PTNBH, maupun menabrak aturan yang menjerat lembaga
kemahasiswaan di Unhas, semua Aco lakukan bersama kawannya. Banyak diantara
mereka yang ketika berada di mimbar aksi meneriakkan “Hidup Rakyat, hidup
mahasiswa”, saat turun panggung lupa dengan apa yang dikatakannya. Inkosisten.
Walhasil, tak satu pun yang berhasil dimenangkan mahasiswa. Gerakan vakum.
Apatisme semakin merajalela
Kian
hari kasus demi kasus kian banyak. Dibawah nahkoda baru, birokrasi kampus
semakin memanjangkan taringnya. Skorsing dimana-mana. Aco yakin, kemenangan
pasti bisa diraih. Saatnya mengangkat TOA kembali. Atau jika tidak, bayangan
Aco tentang masa depan kampus segera terwujud. Kau kah itu? mahasiswa konsisten
yang ingin terus melawan kesewenang-wenangan birokrasi kampus sampai akhir? Bukan
sekedar keren-kerenan atau tergerus dengan hal-hal sensasional. DICARI!!!
Ditulis salah satu mahasiswa Unhas untuk disebarkan kepada mahasiswa dan penggiat lembaga kemahasiswaan.