Jumat, 06 Desember 2013

CERPEN : Mimpi 12 Jam di kota Melon

,
Oleh : AAzharM

Jika saja waktu tak pernah mempertemukan kita disaat itu mungkin takkan jadi seperti ini, tapi bukanlah waktu yang harus jadi alasan tapi pertemuan itu bisa saja agenda besar dari Ilahi untuk cerita yang sangat sulit dijelaskan dengan kata.
Pertemuan antara 2 manusia, antara yang lebih tua dan lebih muda, pertemuan antara kakak dan adik, atau apalah namanya. Yang jelas itu terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana pertemuan itu tak pernah kita rencanakan sebelumnya. Yaaahhh begitu manusia tercipta memiliki rasa, rasa suka, rasa cinta, pahit, rasa segala rasa. Hahaha walaupun itu semua masih terbungkus dengan rasa ingin tahu yang lebih tinggi kemudian tingkat angin-anginan yang menjadi perekat walaupun keseriusan terselip di antara lipatan pembungkusnya.
Sebut saja namaku Hary, seorang lelaki dengan penampilan seadanya sdkt tegas jika berbicara di ruang formal meskipun humoris melekat pada diriku kata kebanyakan orang, yang terkadang sedikit melankolis trhadap seseorang sebut  saja namanya riri, seorang perempuan yang sangat sulit ditebak tetapi dihati sangat melekat.
Aku tdak akan menceritakan bagaimana kisah perkenalan dan pertemuan kami sampai sekarang, karena kalau itu diceritakan. Mungkin aku sudah bisa buat buku, tapi larisnya di pasaran sih masih dipertanyakan.

Aku Cuma mau bercerita tentang mimpi yang kualami ketika berada di kota X selama 9 Jam. Sebut saja kota itu bernama kota Melon. Entah saya tidur berapa lama tapi biarlah kuceritakan 9 jam sesuai jam di mimpi itu. Hehe
Sebut saja namanya Awal, sahabatku sejak masih duduk di bangku sekolah. Kukabarkan padanya bahwa aku akan kekota Melon untuk suatu kata yang pernah keluar untuk Riri. Bahwa tepat di hari itu aku akan berada disana. Karena saat ini kami terpisah jarak yang jauh tapi dekat ? (Jauh tapi dekat)
Sahabat yang selalu ada disaat suka maupun duka, walaupun raga tak selalu bersama. Ku minta padanya untuk berada dikota melon tepat ketika saya berada disana, karena tak ada seorangpun yang saya kenal dtempat itu kecuali Riri. Mungkin ada, tapi tak pernah coba kucari tahu karena perjalananku kesana tak pernah kuceritakan pada siapapun kecuali kepada mereka yang kuanggap bisa menyimpan cerita ini.

 Sebut saja namanya yakob, sahabat yg sudah kuanggap saudara, yang awalnya tidak yakin dengan perjalanan itu dan dibalikkan kata luar biasanya selalu saja terselip senyum dan tawanya yang entah apa maknanya. Tapi itulah dia, yang walau kadang berbeda pendapat akan cinta tapi tetap selalu ada dikala suka dan duka.
Sebut saja namanya Aboi, sahabatku yang tak pernah banyak komentar tentang perjalanan ini walaupun terselip senyum ketika mengetahuinya. Dan terakhir kakakku ramon yang kuceritakan setelah kepulanganku, karena kutahu bahwa perjlanan ku pasti akan dia restui dan malah dia bnyak bertanya setelah perjlananku. 
Berangkatlah aku kesana, perjalanan yang memakan waktu sekitar 4 jam waktu di dalam mimpi. 4 jam yang terhitung selama berada dalam kendaraan. Itu belum terhitung lama menunggu kendaraan, ganti kendaraan, nyari kendaraan yang bisa cepat. Di tambah sendiri pula, menunggu pun menjadi hal yang sangat menguji sesak di dada. Berharap tiba-tiba datang doraemon dengan pintu kemana sajanya. Tapi itulah serunya perjalanan ini, perjalanan yang mungkin sebagian orang takkan menyangka, saya pun tak menyangka, dan riri pun mungkin masih tak menyangka walaupun dia sudah tahu karakterku. 

Malam terlalu malam, dengan rintik hujan yang turun begitu melankolis. Semakin menambah Peluh di dalam hati. Nah Cerita 12 Jam di mimpi itu baru di mulai, karena aku bare nyampe. Sekitar pukul 21.00 waktu di mimpi itu. 
Karena pertama kali aku ke tempat ini, tak tahu mau kemana wlpun aku punya beberapa teman di kota ini tapi tak kuhubungi karena tujuanku Cuma bertemu dengan Riri melewati malam pergantian umur bersama, aku ngak mau ketemu di tempatnya/Kostnya. Akhirnya setelah kuhubungi Sahabatku awal yang belum juga datang, aku janjian ketemu di depan sebuah kampus di kota melon. Entahh apa nama kampusnya, di dalam mimpi itu terlihat sama.
Ku kabari Riri, bahwa aku sudah berada di kota ini. Karena kesibukannya yang super padat, katanya tunggu sebentar di tempat yang saya sebutkan tadi. Akhirnya kupilih untuk nongkrong di warung kopi sambil menunggu Awal yang juga belum datang, katanya dia kehujanan. Dan kehujanannya itu serta aktivitasnya yang dia tinggalkan demi sahabatnya hary yang sedang memperjuangkan kata-katanya untuk seorang perempuan.

Nongkrong di warkop itu tak membuatku bosan menunggu seperti menunggu kendaraan, karena nyaman juga nonton bola dan dengar beberapa mahasiswa lagi diskusi atau konsolidasi mengenai kondisi lembaga kemahasiswaaannya dan isu-isu yang kemudian lagi hangat untuk di advokasi dan masih banyak lagi yang penting seputaran mahasiswa. Berselang pukul 22.00 waktu di mimpi, awal akhirnya datang juga. Ternyata dia datang bersama temannya sebut saja namanya Ibo.
Kopi Hitam 2. Pesan awal kepada pelayanannya. Mungkin supaya kuat begadang, karena kukatakan bahwa aku kesini bukan untuk tidur. Setelah bertemu Riri, kita ngopi dan ngobrol sampai pagi sebelum saya pulang. Kami pun ngoborol banyak sembari menunggu Riri. Yang katanya udah dekat.
Sekitar pukul 22.20, Riri datang tapi dia malu katanya malu sama awal. Entah kenapa karena setahuku dia adalah tipikal periang dan welcome dengan setiap orang. Ya sudahlah.
Akhirnya aku berjalan 50 meter bersama awal dari warkop itu, karena memang di warkop itu tidak ada perempuan jadi tidak nyaman. Antara senang dalam hati dan biasa saja bercampur, karena setelah waktu yang lama aku akhirnya bertemu lagi dengan sosok Riri untuk menjawab kata-kataku bahwa aku akan datang tepat di malam pergantian umurnya. Entah apa yang dia rasa, itulah dia yang walau kami sudah dekat begitu lama, kata manis yang selalu terucap oleh mulut, rindu yang terkadang menyesakkan dada, tapi selalu terasa tak mampu menembus dinding hatinya yang paling dalam. Mungkin betul Perkataan bahwa “Rasa seorang wanita 10-1, sedangkan lelaki 1-10”.
awal sahabatku yang punya banyak teman disini, akhirnya hubungi temannya karena kukatakan aku akan keluar berdua bersama Riri. Dia iyakan, karena sebelum datang dia sudah tahu tujuanku kesini. J  akhirnya awal pergi bersama temannya dan aku berdua dengan riri tak tahu mau kemana. Hahaha
Karena dari tadi saya ingin makan, Akhirnya kami pergi ke tempat yang dulu pernah dia ceritakan dan sangat ingin ku tahu dan datangi  tempat itu. Karena katanya suasana tempat itu lebih tenang dan nyaman untuk ngobrol, Sebut saja nama tempatnya “Teduh”. Kesanalah kami, tempat yang berada di luar kota melon yang menempuh perjalanan 40 menit kalau lambat. Heheh Malam itu kabut menghiasi perjalanan kesana, sambil ngoborol di motor dengan dialek bahasanya yang orang tidak akan tahu lagi dari mana sebenarnya asalnya. Heheh tapi bagus itu, harus menyesuaikan dengan lingkungan.

Sampailah kami di Teduh, tempat yang berada di sekitaran bukit dengan pemandangan lampu-lampu di perkotaan dan deretan jajanan di sepanjang jalan yang menyediakan aneka makanan dan minuman. Katanya lampu-lampu di perkotaan tidak terlihat karena tertutup kabut, dia sangat suka kesini bersama teman-temannya jikalau sedang pusing dengan aktivitasnya. Saya hanya selalu katakan untuk jaga diri baik-baik dan semoga dia tidak dekat terlalu jauh dengan seorang Pria karena raga takkan selalu berada di sampingnya.
Tak terasa gelappun jatuh di ujung malam menuju pagi yang dingin hanya ada sedikit bintang malam ini mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya
Malam jadi saksi kita berdua di antara kata yang tak terucap berharap waktu membawa keberanian untuk datang membawa jawaban, mungkinkah kita ada kesempatan ucapkan janji takkan berpisah selamanya. Aku inign berdua denganmu, diantara daun gugur, aku ingin berdua denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu. Aku mununggu dengan sabar di atas sini melayang-layang tergoyang angin menantikan itu.

Malam yang terlalu larut kami lewati, entah ada yang berprasangka buruk tapi niat yang tulus yang membawaku sampai kesini. Kami ngoborol begitu lama di tempat itu, dengan segala keluh kesah yang ada dan suasana yang membuat malam itu sedikit romantis untuk di lalui. Entah apa saja kata yang terucap tapi itu yang selalu dia bicarakan sebelumnya jadi selalu bisa cepat aku mengerti maksudnya. Sedikit membosankan terselip romantis, mungkin karena jiwa romantis yang tidak begitu melekat dengan diriku yang katanya bisa membuat seorang perempuan lebih senang dan tenang.
Tak banyak yang bisa kuceritakan kebersamaanku dengan Riri di Teduh, yang penting kami lewati malam berdua di temani deretan penjual. Heheh dengan suasana yang awalnya sedikit membosankan bagi kami berdua, mengantuk dan keresahan yang terus ditampakkan oleh Riri tapi tetap menjadi malam paling romantis antara kami berdua dan yang pernah aku lalui dengan perjuangan untuk bertemu dia dalam mimpi tersebut ,malam yang walau hanya dalam mimpi tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Semoga jika riri memimpikannya dia juga merasakan hal yang sama. 
Detik waktu selalu mengingatkan bahwa bagi sebagian orang sudah tidak wajar kami berdua keluar sampai jam begini, pukul 02.00 waktu mimpi tersebut. Entah dengan perasaan seorang kakak yang selalu ingin melindungi adiknya atau perasaan sayang terlalu dalam seorang kekasih dengan yang tak ingin berpisah dan selalu menyimpan khawatir yang tak tersampaikan, Ku Peluk dan Ku Cium Keningnya sebelum kami berpisah malam itu.  kubisikkan kata yang akan kemudian kubuktikan nantinya. Dia hanya tersenyum dan membalas pelukan dan ciuman di keningnya. aku katakan bahwa aku hanya akan berfikir ke lain hati jikalau kau bersama dengan yang lain dalam ikatan resmi dan mengkhianati pesan yang selalu kuingatkan padamu. Kalau tak ada waktu untuk mengingat dan mengabari, minimal kau ingat dan jalankan  pesanku dan kabari orangtuamu.

Kami pun pulang di tengah malam dan tetesan hujan yang cukup membasahi. Sampai di Kota Melon, ku tunggu awal untuk menjemputku. Ku ikuti Riri dari belakang sampai dia sampai di rumahnya karena biar siapapun tidak akan kubiarkan seorang perempuan pulang sendirian di larut malam mengendarai motor apalagi ini adalah orang yang sangat-sangat ingin ku jaga walaupun dia selalu merasa dirinya tangguh di depanku dan tidak ingin sampai di antar pulang. Tapi itulah Hary yang walaupun terkadang melankolis di hadapan Riri tapi ternyata keras kepala dan tegas jikalau memang dia sudah menganggap itu perlu dilakukan.

Tidak kuikuti dia sampai depan rumah hanya sampai gerbangnya, karena kuanggap dia sudah aman. Lalu kulewati sisa 12 Jam dalam mimpi itu untuk keliling bersama Awal, 2 sahabat yang berjiwa petualang. Mengitari beberapa ruas jalan kota Melon dalam keheningan malam. Setelah itu kami makan dan lanjut ngopi di depan kampus yang aku turun pertama kali. Banyak hal yang kami Bicarakan dalam mimpi itu, tak bisa terekam semua dalam memory. Intinya kami bercerita tentang impian yang harus dikejar dan di usahakan, karena selemah-lemahnya perjuangan adalah berhenti berjuang. Entah itu impian untuk keluarga, teman, sahabat, dan masyarakat, bangsa, negara dan pendamping hidup.
Lama kami ngoborol akhirnya balik ke rumah temannya untuk istirahat sebelum pulang. Sebenarnya malamnya saya dan Riri Janjian untuk sarapan bersama pukul 7.30 sebelum saya tinggalkam kota ini pukul 09.00 karena dia punya rapat di kampusnya pukul 06.00-7.30. tapi ketika saya bangun pukul 08.00. ternyata Sang pujaan hati tak juga datang, ternyata dia masih rapat dan tidak bisa di tinggalkan. Itulah dia dengan segudang kegiatannya, yang hampir lupa segalanya (keluarga, teman, dan hem hem) kecuali aktivitas di kampusnya. Wonder woman tapi tetap punya kelemahan apalagi jika itu dia tidak ubah sedikit.
Akhirnya saya bersiap pulang dan membangunkan awal untuk mengantar mencari kendaraan. Pukul 09.00 saya meninggalkan kota melon, yang dalam perjalanan pun sangat memberi pengalaman berharga. Akhirnya dapat juga kendaraan. Selamat tinggal awal,  selamat tinggal riri, selamat tinggal kota melon. Dalam kendaraan saya tertidur, “tidur dalam tidur yang kemudian membangunkanku dalam mimpi itu”

Tersadar akan mimpi yang begitu indah dalam tidurku, tapi terasa begitu nyata dan kekal. Semoga itu bisa menjadi kenyataan, dan suatu saat aku akan ke kota itu lagi dalam mimpi dan ke kota itu dalam dunia nyata untuk membuktikan setiap kata yang terucap.
Untukmu Riri, ku tahu bahwa saat ini kita terpisah jarak. Tapi tunggulah di waktu yang tepat, saat kita memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa menjadi hadiah untuk orang-orang yang bersabar. Sementara menanti saat itu, sibukkanlah diri kita masing-masing untuk terus menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar atau semakin memudar.
JAGA DIRIMU BAIK-BAIK untuk dirimu sendiri dan untuk orang yang akan mendampingimu kelak selamanya.

0 komentar to “CERPEN : Mimpi 12 Jam di kota Melon”

Posting Komentar