Jika saja waktu tak pernah mempertemukan kita
disaat itu mungkin takkan jadi seperti ini, tapi bukanlah waktu yang harus jadi
alasan tapi pertemuan itu bisa saja agenda besar dari Ilahi untuk cerita yang
sangat sulit dijelaskan dengan kata.
Pertemuan antara 2 manusia, antara yang lebih
tua dan lebih muda, pertemuan antara kakak dan adik, atau apalah namanya. Yang
jelas itu terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana pertemuan itu tak pernah
kita rencanakan sebelumnya. Yaaahhh begitu manusia tercipta memiliki rasa, rasa
suka, rasa cinta, pahit, rasa segala rasa. Hahaha walaupun itu semua masih
terbungkus dengan rasa ingin tahu yang lebih tinggi kemudian tingkat
angin-anginan yang menjadi perekat walaupun keseriusan terselip di antara
lipatan pembungkusnya.
Sebut saja namaku Hary, seorang lelaki dengan
penampilan seadanya sdkt tegas jika berbicara di ruang formal meskipun humoris
melekat pada diriku kata kebanyakan orang, yang terkadang sedikit melankolis
trhadap seseorang sebut saja namanya
riri, seorang perempuan yang sangat sulit ditebak tetapi dihati sangat melekat.
Aku tdak akan menceritakan bagaimana kisah
perkenalan dan pertemuan kami sampai sekarang, karena kalau itu diceritakan.
Mungkin aku sudah bisa buat buku, tapi larisnya di pasaran sih masih
dipertanyakan.
Aku Cuma mau bercerita tentang mimpi yang
kualami ketika berada di kota X selama 9 Jam. Sebut saja kota itu bernama kota
Melon. Entah saya tidur berapa lama tapi biarlah kuceritakan 9 jam sesuai jam
di mimpi itu. Hehe
Sebut saja namanya Awal, sahabatku sejak masih
duduk di bangku sekolah. Kukabarkan padanya bahwa aku akan kekota Melon untuk
suatu kata yang pernah keluar untuk Riri. Bahwa tepat di hari itu aku akan
berada disana. Karena saat ini kami terpisah jarak yang jauh tapi dekat ? (Jauh
tapi dekat)
Sahabat yang selalu ada disaat suka maupun
duka, walaupun raga tak selalu bersama. Ku minta padanya untuk berada dikota
melon tepat ketika saya berada disana, karena tak ada seorangpun yang saya
kenal dtempat itu kecuali Riri. Mungkin ada, tapi tak pernah coba kucari tahu
karena perjalananku kesana tak pernah kuceritakan pada siapapun kecuali kepada
mereka yang kuanggap bisa menyimpan cerita ini.
Sebut
saja namanya yakob, sahabat yg sudah kuanggap saudara, yang awalnya tidak yakin
dengan perjalanan itu dan dibalikkan kata luar biasanya selalu saja terselip
senyum dan tawanya yang entah apa maknanya. Tapi itulah dia, yang walau kadang
berbeda pendapat akan cinta tapi tetap selalu ada dikala suka dan duka.
Sebut saja namanya Aboi, sahabatku yang tak
pernah banyak komentar tentang perjalanan ini walaupun terselip senyum ketika
mengetahuinya. Dan terakhir kakakku ramon yang kuceritakan setelah
kepulanganku, karena kutahu bahwa perjlanan ku pasti akan dia restui dan malah
dia bnyak bertanya setelah perjlananku.
Berangkatlah aku kesana, perjalanan yang
memakan waktu sekitar 4 jam waktu di dalam mimpi. 4 jam yang terhitung selama
berada dalam kendaraan. Itu belum terhitung lama menunggu kendaraan, ganti
kendaraan, nyari kendaraan yang bisa cepat. Di tambah sendiri pula, menunggu
pun menjadi hal yang sangat menguji sesak di dada. Berharap tiba-tiba datang
doraemon dengan pintu kemana sajanya. Tapi itulah serunya perjalanan ini,
perjalanan yang mungkin sebagian orang takkan menyangka, saya pun tak
menyangka, dan riri pun mungkin masih tak menyangka walaupun dia sudah tahu
karakterku.
Malam terlalu malam, dengan rintik hujan yang
turun begitu melankolis. Semakin menambah Peluh di dalam hati. Nah Cerita 12
Jam di mimpi itu baru di mulai, karena aku bare nyampe. Sekitar pukul 21.00 waktu
di mimpi itu.
Karena pertama kali aku ke tempat ini, tak
tahu mau kemana wlpun aku punya beberapa teman di kota ini tapi tak kuhubungi
karena tujuanku Cuma bertemu dengan Riri melewati malam pergantian umur
bersama, aku ngak mau ketemu di tempatnya/Kostnya. Akhirnya setelah kuhubungi
Sahabatku awal yang belum juga datang, aku janjian ketemu di depan sebuah
kampus di kota melon. Entahh apa nama kampusnya, di dalam mimpi itu terlihat
sama.
Ku kabari Riri, bahwa aku sudah berada di kota
ini. Karena kesibukannya yang super padat, katanya tunggu sebentar di tempat
yang saya sebutkan tadi. Akhirnya kupilih untuk nongkrong di warung kopi sambil
menunggu Awal yang juga belum datang, katanya dia kehujanan. Dan kehujanannya
itu serta aktivitasnya yang dia tinggalkan demi sahabatnya hary yang sedang
memperjuangkan kata-katanya untuk seorang perempuan.
Nongkrong di warkop itu tak membuatku bosan
menunggu seperti menunggu kendaraan, karena nyaman juga nonton bola dan dengar
beberapa mahasiswa lagi diskusi atau konsolidasi mengenai kondisi lembaga
kemahasiswaaannya dan isu-isu yang kemudian lagi hangat untuk di advokasi dan
masih banyak lagi yang penting seputaran mahasiswa. Berselang pukul 22.00 waktu
di mimpi, awal akhirnya datang juga. Ternyata dia datang bersama temannya sebut
saja namanya Ibo.
Kopi Hitam 2. Pesan awal kepada pelayanannya.
Mungkin supaya kuat begadang, karena kukatakan bahwa aku kesini bukan untuk
tidur. Setelah bertemu Riri, kita ngopi dan ngobrol sampai pagi sebelum saya
pulang. Kami pun ngoborol banyak sembari menunggu Riri. Yang katanya udah
dekat.
Sekitar pukul 22.20, Riri datang tapi dia malu
katanya malu sama awal. Entah kenapa karena setahuku dia adalah tipikal periang
dan welcome dengan setiap orang. Ya sudahlah.
Akhirnya aku berjalan 50 meter bersama awal
dari warkop itu, karena memang di warkop itu tidak ada perempuan jadi tidak
nyaman. Antara senang dalam hati dan biasa saja bercampur, karena setelah waktu
yang lama aku akhirnya bertemu lagi dengan sosok Riri untuk menjawab
kata-kataku bahwa aku akan datang tepat di malam pergantian umurnya. Entah apa
yang dia rasa, itulah dia yang walau kami sudah dekat begitu lama, kata manis
yang selalu terucap oleh mulut, rindu yang terkadang menyesakkan dada, tapi
selalu terasa tak mampu menembus dinding hatinya yang paling dalam. Mungkin
betul Perkataan bahwa “Rasa seorang wanita 10-1, sedangkan lelaki 1-10”.
awal sahabatku yang punya banyak teman disini,
akhirnya hubungi temannya karena kukatakan aku akan keluar berdua bersama Riri.
Dia iyakan, karena sebelum datang dia sudah tahu tujuanku kesini. J akhirnya awal pergi bersama temannya dan aku
berdua dengan riri tak tahu mau kemana. Hahaha
Karena dari tadi saya ingin makan, Akhirnya
kami pergi ke tempat yang dulu pernah dia ceritakan dan sangat ingin ku tahu
dan datangi tempat itu. Karena katanya
suasana tempat itu lebih tenang dan nyaman untuk ngobrol, Sebut saja nama
tempatnya “Teduh”. Kesanalah kami, tempat yang berada di luar kota melon yang
menempuh perjalanan 40 menit kalau lambat. Heheh Malam itu kabut menghiasi
perjalanan kesana, sambil ngoborol di motor dengan dialek bahasanya yang orang
tidak akan tahu lagi dari mana sebenarnya asalnya. Heheh tapi bagus itu, harus
menyesuaikan dengan lingkungan.
Sampailah kami di Teduh, tempat yang berada di
sekitaran bukit dengan pemandangan lampu-lampu di perkotaan dan deretan jajanan
di sepanjang jalan yang menyediakan aneka makanan dan minuman. Katanya
lampu-lampu di perkotaan tidak terlihat karena tertutup kabut, dia sangat suka
kesini bersama teman-temannya jikalau sedang pusing dengan aktivitasnya. Saya
hanya selalu katakan untuk jaga diri baik-baik dan semoga dia tidak dekat
terlalu jauh dengan seorang Pria karena raga takkan selalu berada di sampingnya.
Tak terasa gelappun jatuh di ujung malam
menuju pagi yang dingin hanya ada sedikit bintang malam ini mungkin karena kau
sedang cantik-cantiknya
Malam jadi saksi kita berdua di antara kata
yang tak terucap berharap waktu membawa keberanian untuk datang membawa
jawaban, mungkinkah kita ada kesempatan ucapkan janji takkan berpisah
selamanya. Aku inign berdua denganmu, diantara daun gugur, aku ingin berdua
denganmu tapi aku hanya melihat keresahanmu. Aku mununggu dengan sabar di atas
sini melayang-layang tergoyang angin menantikan itu.
Malam yang terlalu larut kami lewati, entah
ada yang berprasangka buruk tapi niat yang tulus yang membawaku sampai kesini.
Kami ngoborol begitu lama di tempat itu, dengan segala keluh kesah yang ada dan
suasana yang membuat malam itu sedikit romantis untuk di lalui. Entah apa saja
kata yang terucap tapi itu yang selalu dia bicarakan sebelumnya jadi selalu
bisa cepat aku mengerti maksudnya. Sedikit membosankan terselip romantis,
mungkin karena jiwa romantis yang tidak begitu melekat dengan diriku yang
katanya bisa membuat seorang perempuan lebih senang dan tenang.
Tak banyak yang bisa kuceritakan kebersamaanku
dengan Riri di Teduh, yang penting kami lewati malam berdua di temani deretan
penjual. Heheh dengan suasana yang awalnya sedikit membosankan bagi kami
berdua, mengantuk dan keresahan yang terus ditampakkan oleh Riri tapi tetap
menjadi malam paling romantis antara kami berdua dan yang pernah aku lalui
dengan perjuangan untuk bertemu dia dalam mimpi tersebut ,malam yang walau
hanya dalam mimpi tidak akan pernah terlupakan seumur hidup. Semoga jika riri
memimpikannya dia juga merasakan hal yang sama.
Detik waktu selalu mengingatkan bahwa bagi
sebagian orang sudah tidak wajar kami berdua keluar sampai jam begini, pukul
02.00 waktu mimpi tersebut. Entah dengan perasaan seorang kakak yang selalu
ingin melindungi adiknya atau perasaan sayang terlalu dalam seorang kekasih
dengan yang tak ingin berpisah dan selalu menyimpan khawatir yang tak
tersampaikan, Ku Peluk dan Ku Cium Keningnya sebelum kami berpisah malam
itu. kubisikkan kata yang akan kemudian
kubuktikan nantinya. Dia hanya tersenyum dan membalas pelukan dan ciuman di
keningnya. aku katakan bahwa aku hanya akan berfikir ke lain hati jikalau kau
bersama dengan yang lain dalam ikatan resmi dan mengkhianati pesan yang selalu
kuingatkan padamu. Kalau tak ada waktu untuk mengingat dan mengabari, minimal kau ingat dan jalankan pesanku dan kabari orangtuamu.
Kami pun pulang di tengah malam dan tetesan
hujan yang cukup membasahi. Sampai di Kota Melon, ku tunggu awal untuk
menjemputku. Ku ikuti Riri dari belakang sampai dia sampai di rumahnya karena
biar siapapun tidak akan kubiarkan seorang perempuan pulang sendirian di larut
malam mengendarai motor apalagi ini adalah orang yang sangat-sangat ingin ku
jaga walaupun dia selalu merasa dirinya tangguh di depanku dan tidak ingin
sampai di antar pulang. Tapi itulah Hary yang walaupun terkadang melankolis di
hadapan Riri tapi ternyata keras kepala dan tegas jikalau memang dia sudah
menganggap itu perlu dilakukan.
Tidak kuikuti dia sampai depan rumah hanya
sampai gerbangnya, karena kuanggap dia sudah aman. Lalu kulewati sisa 12 Jam
dalam mimpi itu untuk keliling bersama Awal, 2 sahabat yang berjiwa petualang.
Mengitari beberapa ruas jalan kota Melon dalam keheningan malam. Setelah itu
kami makan dan lanjut ngopi di depan kampus yang aku turun pertama kali. Banyak
hal yang kami Bicarakan dalam mimpi itu, tak bisa terekam semua dalam memory.
Intinya kami bercerita tentang impian yang harus dikejar dan di usahakan,
karena selemah-lemahnya perjuangan adalah berhenti berjuang. Entah itu impian
untuk keluarga, teman, sahabat, dan masyarakat, bangsa, negara dan pendamping
hidup.
Lama kami ngoborol akhirnya balik ke rumah
temannya untuk istirahat sebelum pulang. Sebenarnya malamnya saya dan Riri
Janjian untuk sarapan bersama pukul 7.30 sebelum saya tinggalkam kota ini pukul
09.00 karena dia punya rapat di kampusnya pukul 06.00-7.30. tapi ketika saya
bangun pukul 08.00. ternyata Sang pujaan hati tak juga datang, ternyata dia
masih rapat dan tidak bisa di tinggalkan. Itulah dia dengan segudang
kegiatannya, yang hampir lupa segalanya (keluarga, teman, dan hem hem) kecuali
aktivitas di kampusnya. Wonder woman tapi tetap punya kelemahan apalagi jika
itu dia tidak ubah sedikit.
Akhirnya saya bersiap pulang dan membangunkan
awal untuk mengantar mencari kendaraan. Pukul 09.00 saya meninggalkan kota
melon, yang dalam perjalanan pun sangat memberi pengalaman berharga. Akhirnya
dapat juga kendaraan. Selamat tinggal awal,
selamat tinggal riri, selamat tinggal kota melon. Dalam kendaraan saya
tertidur, “tidur dalam tidur yang kemudian membangunkanku dalam mimpi itu”
Tersadar akan mimpi yang begitu indah dalam
tidurku, tapi terasa begitu nyata dan kekal. Semoga itu bisa menjadi kenyataan,
dan suatu saat aku akan ke kota itu lagi dalam mimpi dan ke kota itu dalam
dunia nyata untuk membuktikan setiap kata yang terucap.
Untukmu Riri, ku tahu bahwa saat ini kita
terpisah jarak. Tapi tunggulah di waktu yang tepat, saat kita memang sudah
siap, maka kebersamaan itu bisa menjadi hadiah untuk orang-orang yang bersabar.
Sementara menanti saat itu, sibukkanlah diri kita masing-masing untuk terus
menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah
rasa suka itu semakin besar atau semakin memudar.
JAGA DIRIMU BAIK-BAIK untuk dirimu sendiri dan
untuk orang yang akan mendampingimu kelak selamanya.