Sore itu cuaca terlihat cerah, sembari duduk di teras rumah
dengan segelas kopi yang sedari tadi menunggu untuk diseduh. Suasana cukup
ramai dengan keriuhan anak-anak kompleks yang dengan tawanya berkejaran kesana
kemari menikmati indahnya bermain bersama teman-temannya. Sore itu wawan sedang
duduk santai di teras rumah sembari bercerita dengan ridho yang sedang
asyik memetik gitarnya dan sesekali menyeduh kopi yang ada di meja.
“Wan, kamu request lagu apa ?”, Tanya ridho sembari meniup
pelan kopi yang ingin dia minum.
“Kau mainkan saja lagu yang membangkitkan semangat”. Jawab
wawan dengan raut wajah yang sedikit serius.
Tak lama kemudian, datang Gilang yang mengendarai motor.
Seperti yang mereka duga, siapa lagi kalau bukan gilang yang masih berjarak 200
meter motornya sudah terdengar. Seakan-akan jalanan adalah miliknya dan semua
orang tuli tidak mendengar suara motornya.
“itulah gilang, yang hidupnya seakan tanpa beban.” Sahut ridho
di iringi tawa dari wawan.
“Kamu dari mana gilang ?” Tanya wawan sembari menuangkan
segelas kopi kepada gilang
“Dari lapangan kecamatan, melihat-lihat persiapan upacara
peringatan kemerdekaan.”jawab gilang sambil menyeduh kopi yang sudah dituangkan
oleh wawan
“Tumben kamu pergi nonton begituan, ada angin apa ?” Lanjut
wawan dengan raut wajahnya yang polos penuh rasa penasaran
Baru saja selesai menyeduh kopi dan gelasnya pun masih dipegang,
gilang lantas menjawab dengan penuh semangat dan berapi.
“Kenapa banyak orang begitu bahagia menjelang perayaan
kemerdekaan, kenapa banyak kegiatan menjelang momentum hari kemerdekaan, kenapa
banyak orang (tiba-tiba) hebat menjelang hari kemerdekaan, kenapa veteran
perang dimunculkan (hanya) menjelang perayaan kemerdekaan, kenapa banyak orang
yang rela latihan (berpanas-panasan) baris-berbaris setiap hari demi upacara,
kenapa banyak orang yang rela mengorbankan dirinya demi perayaan (satu) hari
kemerdekaan, kenapa ?”. Tanya gilang dengan semangat yang tidak seperti
biasanya.
Sepintas Wawan dan Ridho hanya termangu dan tidak berkata apa-apa,
belum mereka menyambung pertanyaan tersebut, gilang langsung melanjutkan.
“Pernah tidak kalian bayangkan kalau perayaan kemerdekaan
itu setiap hari, bukan hanya sekali dalam setahun”? tegas gilang dengan
perasaan haru.
Mungkin kita betul-betul akan menjadi merdeka, bukan hanya
merasa merdeka. Mungkin !
Tiba-tiba suasana di teras rumah menjadi hening, dan
terlihat anak-anak yang sedari tadi sedang asyik bermain di jalanan depan
rumah.
“Mungkin mereka (merdeka) dengan kehidupan kanak-kanaknya
yang begitu indah”. Suara lirih dari wawan yang diiringi anggukan dari wawan
dan gilang sembari mereka menyeduh kopinya masing-masing.