Kamis, 22 Januari 2015

Merindukan Kehadiran lembaga mahasiswa

,
Ada peribahasa yang mengatakan bahwa Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga di negeri sendiri. Sebuah peribahasa yang berarti bahwa sebaik-baiknya hidup di tempat orang lebih baik hidup di tempat sendiri. Makna yang begitu dalam untuk memantapkan jiwa kita untuk tetap berada pada tempat dimana kita pernah lahir, besar atau berasal.Agak sedikit aneh, jika peribahasa itu kemudian saya kaitkan dengan sebuah tempat yang bernama Lembaga Mahasiswa tapi peribahasa telah menjadi alarm bagi saya bahwa janganlah kau merasa besar diluar sana ketika tempatmu pernah lahir dan belajar belum lagi memperlihatkan eksistensinya dengan sebuah karya hanya perdebatan tentang masalah klasik dengan solusi yang sama dari tahun ketahun yang tidak mampu menjawab dari salah satu yang selalu di anggap musuh oleh lembaga mahasiswa yakni akademik yang melahirkan musuh-musuh kecil seperti tingkat kesadaran mahasiswa yang semakin menurun dan kepercayaan satu sama lain yang juga tidak memperlihatkan peningkatan yang signifikan khususnya di internal penggiat lembaga mahasiswa. Entahlah apakah terlalu banyak buku kiri yang telah dibaca sehingga kepercayaan terhadap simbol yang lekat dengan suatu kuasa itu memudar atau justru karena tidak pernah membaca buku atau karena kedekatan secara emosional yang terlampau kurang. Sebagai seseorang yang (merasa) pernah dilahirkan dan dibesarkan oleh sebuah tempat yang bernama lembaga kemahasiswaan, tentunya peribahasa tersebut memiliki arti yang cukup dalam bagi saya. 

Ketika secara struktural, saya telah menanggalkan amanah dalam lembaga mahasiswa khususnya lembaga tingkatan fakultas maka tanggung secara struktural pun telah habis. Tapi sebagai seorang makhluk sosial yang menandai moral sebagai sebuah kekuatan dalam diri manusia, justru tanggung jawab moral sebagai orang yang pernah memangku tanggung jawab besar di lembaga mahasiswa baru saja dimulai. Dalam filosofi bugis makassar Siri' na Pacce yang jika saya saya interpretasikan dalam kehidupan saya di lembaga mahasiswa yakni ada rasa malu ketika melihat lembaga yang sudah saya tinggalkan secara struktural belum memperlihatkan sebuah perubahan dan kontribusi lagi untuk alamamater, masyarakat, bangsa, dan negara. Pacce yang jika saya interpretasikan juga dalam kehidupan berlembaga yakni ada rasa sedih, empati melihat lembaga (termasuk SDM didalamnya) tidak mampu mampu menghadirkan kritikan yang solutif sehingga kehadiran ruang-ruang belajar (lembaga mahasiswa)  di kampus terkadang selalu didikotomikan satu sama lain. 
Sampai hari ini, salah satu hal yang kurindukan khususnya di FISIP Unhas adalah menyelesaikan dengan segera proses transisi di lembaga tingkatan fakultas (BEM dan Dema), walaupun harus saya akui ketika mengemban amanah di struktural BEM ada banyak dinamika yang terjadi di internal Lembaga Mahasiswa FISIP Unhas, demikian pula ketika saya menanggalkan amanah itu yang sampai tulisan ini saya tulis proses pergantian pimpinan BEM dan Dema yang belum mencapai hasilnya juga dengan dinamika dan perdebatan yang cukup alot di internal lembaga mahasiswa. Dengan sistem kelembagaan yang memungkinkan adanya masa transisi kepemimpinan yang panjang di tambah dengan tingkat pemahaman, rasa tanggung jawab, dan kepercayaan yang berbeda-beda juga bisa mengakibatkan perdebatan yang cukup alot untuk suatu hal yang sebenarnya tujuannya sama untuk Lembaga Mahasiswa yang lebih baik.
Sebenarnya kita harus bertanya kembali kepada diri masing-masing terkait lembaga mahasiswa, untuk apa kita berlembaga dan untuk apa lembaga itu hadir. yang ujung-ujungnya kita akan bertanya apa kontribusi lembaga untuk masyarakat dan anggotanya ??? sebuah pertanyaan yang tentunya bisa saja menimbulkan beragam jawaban dari para penggiat lembaga mahasiswa.
Jika pertamyaan itu harus saya jawab, maka menurut saya bahwa inti dari semua ruang yang hadir dalam kehidupan adalah tempat berjuang dan menebar kebermanfaatan, oleh karena itu semakin banyak ruang yang hadir maka semakin banyak solusi untuk menebar manfaat. oleh karena itu kita tidak akan lagi terjebak pada perdebatan untuk apa sebuah lembaga itu hadir khususnya lembaga tingkat fakultas yang menurut hipotesa saya, sering diperdebatkan eksistensinya. Bukankan eksistensi akan terjaga ketika kita semua sudah sadar dan memahami esensinya dan bersama-sama untuk menjalankannya. Sehingga benarlah perkataan John F Kennedy yang jika dikaitkan dengan lembaga mahasiswa bahwa jangan tanyakan apa yang Lembaga berikan pada kalian tapi tanyakan apa yang kita berikan pada Lembaga. 

Semoga kita sadar dan tidak pernah mengagung-agungkan salah satu ruang, karena setiap ruang memiliki warna, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 
dan semoga kita juga sadar akan tanggung jawab moral kita sebagai makhluk sosial dan filosofi Siri na Pacce benar-benar kita maknai dalam kehidupan khususnya di lembaga mahasiswa. 
Akhir kata "untuk apa menjadi hebat di kejauhan kalau tempat kita berasal dan yang terdekatnya tidak bisa menjadi lebih baik."

Mengurangi ego, meningkatkan empati
Bersama dalam cita dan saling membesarkan


Tulisan ini untuk lembaga mahasiswa, yang telah memberikan saya setitik makna dari kehidupan

0 komentar to “Merindukan Kehadiran lembaga mahasiswa ”

Posting Komentar